Instant mesej

kisahku

About this entry











“masih gelap.”
Sekali lagi aku lihat jauh diluar jendela itu.
“masih gelap.”
“gelap.”
“kenapa.?”
Sekali lagi aku lihat, jendela itu masih menyala. Malam masih panjang.
“hai…bayangan itu”aku tutup jendela dengan tirainya, segaraku menjauh dari jendela , sekarangku berdiri di sudut ruangan.
“kenapa ini.”
“Aah… disini tidak aman.” Segeraku mencari tempat lain.
“tidak, disini juga tidak aman.”mata lelahku memburu.
“di mana.?”
“di sana.”segeraku bergegas menuju sudut di sebuah sudut lemari. Aku masuk ke dalamnya, semakin dalam dan semakin dalam.
“Aah… aman.”
“disini, ya disini aku aman.”
Ingin rasanya aku tertawa tapi aku tahan. Aku hanya tersenyum. Aku senang disini, aku tidak mau bayangan itu menemukanku.
“disini.”
“bayangan itu pasti tidak dapat menemukanku.”
Aku kembali tersenyum, karena aku yakin bayangan itu tidak akan menemukanku.
“bayangan hitam itu.”sebentar aku terdiam. Keningku mengerut, aku ajak berfikir dengan otakku.
“kenapa.”
“bayangan hitam itu, didalam jendela terang.”sejenak aku terdiam kembali, sama sekali aku tidak temukan jawabannya.
“tidak mungkin.”
]”iya…mana mungkin”senyumku sangat yakin. Aku dekati jendela kamar. Aku susuri dinding ruangan ini, secara perlahan ku dekati jendela. Aku buka sedikit penutup kainnya. Aku intip sedikit keluar. Pandanganku lurus ke arah jendela terang itu.
“mana bayangan hitam itu.?”
“Benarkan, banyangan hitam itu tidak mungkin ada dalam jendela terang.”
Senyumku semakin lebar, aku nyaris tertawa tapi sekuatnya aku tahan. Rasanya ludah ini mau keluar menahan tawa.
“hai….!”
Sekarang pandanganku berpaling ke setitik sinar di langit, indah sekali!.aku kembali tersenyum, tapi senyumku kali ini mengalir begitu saja.aku pandangi sinar itu. Cahayanya begitu kuat memancar. Mata ini ikut berkilauan oleh cahaya itu. Sinar yang kuat dalam lautan kegelapan langit malam.
“ya…kali ini berbeda.”
“berbeda dari banyangan hitam tadi.”
“begitu cepatnya bayangan hitam tadi menghilang dalam jendela terang.”
“pancaran sinarnya begitu kuat, bahkan disekitarnya ikut terang oleh sinarnya.”beberapa saat aku pandangi sinar itu, bintang itu begitu indah. Ingin rasanya aku sampaikan keluh kesahku padanya, sehingga dapat disampaikan pada dunia tentang masalahku saat ini, nantinya agar aku dapat jawaban dari masalah-masalahku. Kenapa aku selalu mendapat kegelapan dalam duniaku?.
“kemana sinarku?.”
“kemana cahayaku?.”
“kemana pagiku?.”
“kemana siangku?.”
“kemana matahariku?.”
Sekejap aku larut dalam kesunyian malam. Aku tidak berpikir apapun, aku hanya pasrah terdiam larut dalam malam ini,
aku hanya ingin mendapatkan kembali kehidupanku.
“ya..jika jendela terang telah padam dan bintang semakin terang, pasti si raja siang akan segera bersinar.”sedikit harapan datang, ini saatnya kesempatan. Aku termenung di atas ranjang kusam ini. Kelopak mata ini rasanya begitu berat untuk membuka.
“aku harus tetap terus terjaga. Jika ingin siangku kembali aku harus menunggu.”ku terus pandangi bintang terang itu. Kegelapan malam yang abadi, ingin secepatnya ku akhiri ini semua. Aku harus terjaga dari tidurku. Ku kobarkan semangat ini, ku coba nyalakan cahaya diri ini. Malam semakin dingin, semakin jauh ku pandangi langit malam namun kegelapan yang nampak. Semakin gelap dan semakin gelap.kegelapan yang sama dalam ruangan ini dan juga kegelapan yang sama terjadi pada hati ini. Semakin gelap, semakin gelap dan semakin larut.

“Aah…tidak, aku jangan sampai terpejam.”
Aku masih saja termenung di ranjang tua ini, dalam kegelapan ruangan ini. Aku nyalakan sebatang rokok, aku hisab sedalam mungkin. Sejenakku tahan dan sekejapku hembuskan kuat-kuat racunnya. Aku dalam keadaan ketenanganku, mata ini sudah tak seberat tadi. Asap membumbung ke setiap sudut ruangan pengap ini, terus saja kuhisap rokokku sampai asapnya memenuhi ruangan ini. Terlihat jelas asap-asapnya menggelombang disekitar jendela. Saat pandanganku melihat jauh keluar seketika, sungguh aku tidak percaya. Kulitku terasa menebal, mata ini semakin tajam memandang keluar. Segera ku dekati jendela, ku buka tirainya lebar-lebar.
“tidak.”
“kenapa.”
“kenapa jedela terang itu muncul lagi.”aku gelengkan kepala tidak percaya. Sungguh aku sama sekali tidak tahu sejak kapan jendela terang itu ada. Lalu bayangan hitam itu pasti muncul lagi.
“sialan.”
“keparat.”
“pasti bayangan hitam itu yang membuat begini.”aku terus saja bicara dalam hati. Sungguh aku tidak suka dibuat begini, aku seperti kelinci percobaan dia saja. Ingin rasanya aku lemparkan sesuatu ke seberang sana.
“emh…!”
“lihat saja nanti, jika datang pagiku, kutemukan siangku, kudapatkan matahariku.” terus saja ku menggerutu sendiri.
“sialan, bayangan hitam itu lagi.” Segeraku menjauh dari jendela, aku berlari ketempat persembunyianku semula di sudut lemari.
“kau takkan menemikanku disini.”
“hahaha.”aku tertawa ringan, segera aku hentikan tawaku ketika ku lihat sosok bayangan hitam tadi berubah.
“Ooh… jadi itu kau.”aku melihat sesosok orang membuka jendela terang itu.
“kau takkan menemukanku disini.”jendela terang itu seketika menghilang.
Malam semakin larut, jendela terang tak nampak lagi kini bintang itu datang kembali. Bintang itu seperti memberi tanda akan datangnya sang fajar. Seolah bintang itu sebagai penunjuk arah sang raja siang untuk muncul yang mulai tua karena usianya, bahkan kemungkinan bintang itu lebih besar dari sang raja.
“aku harus tunggu.”
“sebentar lagi.”aku pandangi terus bintang itu lewat jendela, sesekali aku liat kearah jendela terang. Senyumku sinis. Jendela itu kini telah padam, hanya nampak kegelapan di dalamnya. Mahkluk apa yang tinggal di dalamnya.
“aku harus tunggu matahariku.” Sekian lama aku termenung, penduduk perumahan sini telah tertidur hanya sesekali terlihat satpam perumahan melintas.
“malam masih panjang.”udara dingin semilir masuk ke ruangan ini, pasti diluar sangat dingin. Bagaimana temanku di jalan cikini? Sebentar ku ingat sebelumnya aku melintasi jalan moh. Kahfi 2, jagakarsa tepat di depan kampus Institutet Teknologi dan Sains Nasional (ITSN), saat itu aku bertengkar hebat dengan pacarku sampai akhirnya kami putus.
“Tidak. Aku tidak boleh mengingatnya.”
“Aku harus melupakannya.”Bola mataku rasanya perih ingin rasanya terpejam. Kegelapan ini nampaknya terus saja menghantuiku. Aku merasakannya kegelapan ini terasa makin dekat. Aku sudah tidak kuat lagi menahan kantukku, sudahlah!.
“Aah…!”
“dimana ini?.”
Entah kenapa, baru kali ini aku merasakan kenikmatan dalam kegelapanku, dalam kesendirianku aku merasa bebas aku merasa lepas, tubuh terasa ringan. Sungguh aku merasa menikmatinya!.
Aku sudah tidak lagi melihat jendela terang apalagi banyangan hitam. Aku sudah tidak melihat lagi bintang terang penunjuk arah si raja siang. Kegelapan ini rasanya luas sekali. Aku tidak melihat sama sekali sudut-sudutnya, seperti halnya yangh aku lihat dikamarku.
“apa ini kegelapan abadiku”






Share

1 comments:

Post a Commentaaa

kalo kasih koment yang sopan ya,,,

 
About Me | Author Contact | Template Basic On Friendster | Powered By Blogspot | © Copyright  2008
Howdy there! isi sebagian dari Blog ini adalah merupakan hasil bajakan, apabila ada kesamaan tulisan, isi, gambar atau apapun, semua itu hanyalah copy paste belaka. jika anda adalah salah satu dari korban pembajakan mohon berkenan untuk memaafkan :)